Selasa, 13 Desember 2011

Takut Jadi Orang Besar

Kalau saya jadi Menteri, apakah gaya bicara saya akan berubah ?
Kalau saya jadi konglomerat, apakah saya masih makan tempe ?
Kalau saya jadi presiden, masih ingatkah saya bahwa saya dulu adalah orangbiasa ? (murniramli.wordpress.com)
Apakah benar itu semua yang menjadi masalah setiap orang yang mudah merasa puas dengan apa yang didapatnya sekarang padahal masih pas-pasan?
Bagaimana dengan orang yang sangat ambisius untuk menjadi orang besar, bahkan dengan cara instant?
Lalu apa orang-orang besar itu pernah memikirkan hal yang sama dengan orang yang takut untuk menjadi besar?
Masih banyak pertanyaan lain, dan hanya seputar: apakah saya, bagaimana kalau saya, apa iya jika saya, dan seterusnya, yang jika dipikir jawaban dari pertanyaan itu hanya ada di awing-awang jika tidak ada niat apalagi tindakan untuk mencoba dan berusaha.
Banyak orang yang ingin menjadi besar dengan tujuan yang bisa dibilang cukup mulia, tapi tidak sedikit juga yang hanya ingin untuk kesenangannya sendiri.
Biasanya orang yang ingin menjadi besar untuk kesenangannya sendiri sangat berambisi, bahkan dengan menghalalkan berbagai cara, tapi tidak sedikit orang yang merasa cukup dengan keadaan dirinya atau mungkin takut untuk menjadi orang besar, entah karena malas dengan segala masalah yang akan dihadapi ataupun merasa tidak pantas berada di posisi tersebut.
Setiap orang punya hak dan pasti punya kemampuan serta batas di dalam dirinya. Hak untuk menjadi apapun yang diinginkan, kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan kerja kerasnya, dan batas dimana seseorang harus sadar akan kekurangan diri, tempat dia berpijak, dan kembali lagi kepada kemampuan dan Dzat yang memberinya semua yang telah dinikmati.
Tidak ada yang perlu ditakuti untuk menjadi besar, seperti anak kecil yang tumbuh menjadi seorang dewasa. Memang lebih enak menjadi seorang anak kecil, setiap hari hanya bermain, tidak ada yang perlu dijadikan beban. Tapi bisa dibayangkan kalau dunia ini hanya berisi anak-anak kecil, yang ada nantinya hanya kepunahan manusia.
Tapi apakah salah kalau seseorang bermimpi unuk menjadi orang besar?
Jelas tidak, orang dengan kemampuan sekecil apapun punya untuk menjadi orang besar, apalagi hanya sekedar bermimpi. Hanya saja ada seseorang itu sanggup melewati batas dimana dia hanya sebagai orang biasa dengan kemampuan yang seadanya? Disini kita harus berusaha untuk menggali kemampuan diri, karena setiap orang memiliki kapasitas otak untuk berpikir yang sama, yang dapat menghasilkan suatu kecerdasan baik itu emosi maupaun intelektual. Dan untuk menjadi orang besar itu harus mempunyai keseimbangan diantara keduanya.
Sekarang ini banyak sekali orang besar. Tidak perlu disebutkan satu persatu siapa saja yang ada didalamnya. Apakah mereka juga punya keseimbangan didalam dirinya? Ataukah ada kelebihan beban disalah satu sisinya?
Setiap orang punya pandangan sendiri, tentang apa dan siapa atau pantas dan tidak pantasnya seseorang yang sudah terlihat sebagai orang besar bisa disebut sebagai benar-benar seorang besar?
Dimana kita bisa menjadi diri sendiri, terus menggali kemampuan tidak hanya dengan cara keras tapi juga cara yang cerdas, serta tidak hanya memikirkan diri sendiri tapi kita besar untuk apa dan siapa yang ada di sekitar kita tanpa harus melewati batas dimana kita berpijak dan berdiri atas kehendak-Nya.
Disitulah kita menjadi seorang yang besar.

Jumat, 09 Desember 2011

Hujan












H.U.J.A.N alias hujan.Pakai "." biar agak panjangan dikit judulnya :).

Waktu baca blog punya kakakku, mba Dwi, yang judulnya "No Name" dan berhubung sekarang juga sudah masuk musim penghujan, ehmm apa hubungannya ya? Intinya, aku suka hujan, ya I love the rain, I love it when every raindrops touch the earth. Bagiku setiap titik, setiap tetesnya adalah nikmat dari Tuhan. Bagiku setiap tetesan air yang jatuh sangatlah menyejukkan, so calm.


Setiap hujan turun, hal yang aku lakukan sejak aku kecil adalah duduk disisi jendela, memandang keluar, menikmati setiap titik air yang jatuh menyentuh tanah, menikmati irama yang dikeluarkan dari jatuhnya air yang dikirimkan Tuhan untuk umatnya ini. Biarpun sering dilarang, aku tetap melakukannya, sampai sekarang, kecuali saat ada bunyi "jeeeedeeerr!!!" alias petir alias gledek, hhehehe.
Aku juga menikmati hujan saat dalam perjalanan, not at there, the place where all people called city mother alias Jakarta. Why?? Selain sebagai pusatnya kota macet, bisa dibilang juga sebagai pusatnya parah pengeluh, uupss maaf :(. Aku sering menikamati hujan saat perjalanan ke luar kota, kalau kata orang nyambi namanya, disambi, sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan sambil menikmati hujan :). Tenangnya... Kalau kata memei di serial "Upin-Ipin", "Saya suka hujan, saya suka saya suka" :)

Senin, 27 Juni 2011

Mengajar itu...


Mengajar, orang pasti akan menyimpulkan kalau ini adalah tugas seorang guru. Padahal sebelum menjadi seorang guru, bahkan pada saat sudah menjadi seorang guru, mereka harus tetap dan terus belajar. Karena ilmu di dunia ini akan terus berkembang setiap saat, setiap detik malah, ditambah lagi dengan adanya fasilitas internet yang sudah dikenalkan kepada anak-anak setingkat TK saat ini.
Mengajar, sebenarnya merupakan kegiatan yang tanpa disadari semua orang pasti pernah melakukannya.
Misalnya, pada saat kita menuangkan minuman ke dalam gelas, adik kita yang masih balita mengikuti apa yang sedang kita kerjakan. Tanpa disadari, bahwa kita sedang mengajarkan seorang balita bagaimana menuangkan air ke dalam gelas sehingga kita dapat meminumnya.
Dari hal sekecil itu memang tidak akan mengubah kita menjadi seorang yang disebut denga pengajar. Tapi dari hal sekecil itu kita sudah membagi apa yang sudah kita tahu, kita dapat kepada orang yang belum tahu sama sekali.
Guru adalah seorang pengajar, tapi seorang pengajar belum tentu disebut dengan guru. Ada yang menyebut mereka kakak, ibu, ayah, atau yang lebih formal trainer. Bukankah hal tersebut menggambarkan bahwa untuk mengajarkan atau membagi ilmu kepada orang lain tidak mengharuskan diri kita berprofesi sebagai guru. Karena sebenarnya, setiap saat kita bisa menyalurkan dan berbagi ilmu kita dengan sesama, dimulai dari orang terdekat kita dahulu tentunya. Dan pastinya harus dimulai dari diri sendiri untuk terus belajar.